Tuesday, February 4, 2014

The One I Love You

 

 Titel : The One I Love You
Author : Reg-In
Ganer : Sad
Length : Ficlet
Rate : General
Cast (s) :
Chairhani
Justin

Owh sya datang kembali ckckck hanya melempiaskan pemikiran saya doang ko kagak lebh dan kagk kurang owh y masalah Typo Pasti bertebaran, penulisan mungkin cara penulisan saya mangkin hancur feel owh maklum kagak dapet konflik maaf juga kgk dapet.

Happy Reding ^^

        Hamparan langit jingga terbentang indah. Sesekali awan kelabu yang beririk menutupinya. Hembusan angin di penghujung musim dingin menambah hawa sejuk yang menusuk ke kulit. Tatapan senduh terpancar jelas tertulis di wajah wanita itu, tatapan bola mata kosong yang mengisaratkan betapa rapuhnya keadaan nya saat ini. Amarah emosi kegelisahan kini wanita berambut pirang itu rasakan.
"Akhiri semuanya sampai disini Justin" lirih wanita itu.

       Untuknya, untuk apa lagi berada dalam satu lingkaran hidup jika semuanya sudah tidak sejalan,sependapat dan satu pikiran. "Apa kau yakin ingin mengakhiri semua ini Rhan." tanya pria bermata coklat itu.

       "Ia. aku yakin dengan keputusanku saat ini"

        Serasa sebuah petir yang menyambar di siang hari, ucapan Rhani begitu terngiyang di telinga pria bermata coklat itu. suatu keputusan yang sangat pedih yang justin rasakan. bukan tidak tanpa alasan Rani mengakhiri hubungannya dengan justin, karna ada alasan begitu besar yang membuat Rani mengakhiri hubungannya dengan justin.

        Justin mencoba menyentuh tangan istrinya itu, sayangnya sebelum sampai tangan justin menyentuh tubuh rhani. Rhani melangkah mundur menjauhi tubuhnya dari pria di hadapannya itu. "jangan mencoba untuk menjelaskan apapun padaku" amarah nya.
      
        "kenapa kau tidak ingin mendengar satu pata pun yang keluar dari mulutku, kau tau rhan ak" ucapan justin di potong rhani begitu saja. "kau tahu justin, cinta ini aku kira kau benar-benar akan mencintaiku tapi dugaanku salah kau tidak sama sekali mencintaiku." emosi rhani semangkin menjadi. amarah dan sakit hatinya selama ini di keluarinya dengan perlahan-lahan. justin hanya terduduk lesu di kursi taman itu.

        "kau salah rhan aku sangat mencintaimu" ucap justin dengan nada bergetar. "kata cinta itu terlambat justin,  kau menyadari cinta itu ketika kau merasa kehilangan bukan kah begitu?" tanyak rhani.

        Mengakhiri sebuah hubungan mungkin lah sangat mudah, tapi jika mengakhiri sebuah hubungan suami istri apakah segampang itu. itu tidak, semuanya harus terlibat dari keluarga besar rhani dan justin. sebuah pernikahan yangrhani  harapkan bahagia mengarungi batrai rumah tangga sampai ajal menjemput nanti. tapi apa yang rhani pikirkan jauh berbeda dari kenyataan yang sebenarnya, suami yang sangat dia cintai tidak sama sekali mencintainya. mungkin jika waktu itu rhani mendengar ucapan Raya semuanya tidak bakalan seperti ini.

        Penyesalan, wanita itu tidak ingin menyesal apa yang sudah terjadi baginya ini adalah sebuah kesalahan yang dia perbuat dan harus dia tangung. menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak mencintainya.

*Flasback
       "apakah kau yakain Rhan?" tanyak gadis yang sedari tadi berdiri di depannya. dengan helaan nafas dan pancaran senyum yang tergaris di wajah gadis yang sedang duduk mengenai gaun putih pernikahan itu dengan lembut menjawab pertanyaan sahabatnya itu. "aku tidak yakin akan menikah, tapi aku ingin hidup dengannya samapi tua raya." lagi-lagi senyuman itu terpampang di raut wajah rhani.

       Hanya sebuah helaan nafas kasar yang raya keluarkan. "aku tidak ingin kau tersakiti akhirnya." ucap raya sedih. "jika aku tersakiti akhirnya maka itu adalah sebuah ujian untukku raya". "kau baru 2 bulan mengenalnya rhan, kenapa kau ingin menikah dengannya?" tanyak sahabatnya itu kagi. "entalah raya, aku yakin dia jodohku" ucap rhani dengan senyuman indahnya.

flasback off

      Rhani bangkit dari duduknya melangkah menjauh dari justin. "jangan pernah untuk mencoba menemuiku maupun menanyak kabarku. aku ingin kita mengakhiri nya, aku ingin menghapus semua tentangmu jadi tolong jangan menujukan dirimu di hadapanku kecuali di pengadilan nanti" ucap Rhani lalu meningalkan justin sendiri.

     Tapi langkah rhani berhenti dia mengingat tentang sesuatu yang selalu menjadi pertanyaannya selama ini. "kau tahu kenapa apa alasannya kita bercerai?" tanyak rhani, justin hanya diam tidak menjawab satu patapun ucapan rhani. "itu bukan karena kau tidak mencintaiku maupun alasan kesibukanmu atau alasan kau berselingkuh di belakangku."

     "Hya! aku tidak berselingkuh" teriak justin
     "kau tahu itu semua karena ibumu, apa kau mencoba untuk berfikir sedikit saja tentang hal kenapa kita bercerai atau kau mencari tahu apa sebab dari perceraian kita? tidak, rasaku itu tidak. jadi hiduplah dengan baik seperti itu, maka kau tidak akan jatuh tersandung lagi kedalam jurang yang sama" ucap rhani lalu melangkah menuruskan langkahnya meningalkan justin.

     "Hya! apa maksudmu."

     Justin Hanya bisa menahan perih di hatinya, mungkin istilah "apa yang kamu tabur itu yang kamu tuai" itu kini yang jusin rasakan. berpura-pura mencintai rhani lalu menikahinya maka ini lah yang justin dapat sebuah kepedihan dimana akhirnya dia mencintai rhani. tapi sayang rhani telah mengetahui semua perasaan justin selama setahun belakangan ini. mecoba untuk menepis tapi akhirnya tepisan itu tidak bisa dia elak lagi di tambah ketidak sukaan ibu justin terhadap rhani, yang membuat rhani mengambil sebuah keputusan yang tidak pernah dia bayangi selama hidupnya. bukan rhani tidak ingin bertahan tapi jika seorang mertua selalu ikut campur rumah tangga anaknya siapa yang tidak tersiksa ia jika ibu justin membantu rhani dalam masalah rumah tangga tapi jika sebaliknya. mungkin wanita manapun tidak sangub.

      Cukup rasanya dua tahun rhani tersiksa dengan keadaan itu, keadaan dimna dirinya selalu di pojoki keadaan dimna dirinya selalu di banding-bandingi oleh mertuanya. mungkin disini batas kesabaran rhani selama ini.

****
     Rasa hangat menelisik tubuhku. Memaksaku untuk membuka mata yang entah berapa lama terpejam. bukan, aku rasa ini akibat aku menangis semaleman maka terlihat jelas mataku sembab seperti orang terpejam. wanita itu berjalan menuju balkon kamarnya menatap cahaya pagi yang begitu indah. mencoba untuk meringankan beban fikiran yang di rasakan selama ini, suara ketukan pintupun nyaris membuyarkan lamunannya.

     "Rhan apa aku bisa masuk?" tanyak seseorang di balik pintu
     "ia, masuklah." ucap rhani
     "Maaf Rhan, sungguh aku minta maaf rhan" pintah gadis di depannya

     Rhani hanya membalas dengan senyumannya, tidak tahu itu senyuman bahwa dia lelah dengan keadaan ini atau senyuman bahwa dia menyesali keadaan ini. entalah hanya dirinya sendiri yang tahu. "tidak apa-apa raya, aku baik-baik saja kau tidak perlu meminta maaf kepadaku. karena ini semua sudah terjadikan. jika aku mendengarkanmu mungkin ini semua tidak terjadi, tapi ini lah jalan tuhan untukku. mungkin dengan peristiwa ini aku bisa semangkin dewasa menghadapinya." ucap rhani dengan tersenyum.

FIN